Minggu, 19 April 2015

Tulisan 7 Sejarah Perusahaan Telekomunikasi

TULISAN 7 ( Teori Organisasi Umum 2 )

            Sejarah Telekomunikasi Di Indonesia

Industri telepon seluler berkembang pesat di Indonesia sejak 15 tahun lalu, ini terlihat dari jumlah pelanggan telepon seluler yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia  tercatat menempati posisi keempat di Asia setelah Korea Selatan, China dan Jepang. 

Saat ini di Indonesia beroperasi 7 operator seluler dengan teknologi GSM (Global System for Mobile) dan lainnya ada 4 operator CDMA (Code Division Multiple Access). Menurut data Dirjen Postel, dalam periode 2006-2010 pertumbuhan rata-rata per tahun pengguna seluler di Indonesia adalah 31,9% per tahun. Hingga akhir 2010  jumlah pelanggan selular mencapai 211 juta, dimana operator GSM mendominasi 95% pasar selular, sisanya merupakan pasar CDMA  5%. Sedangkan skema pembayaran selular didominasi pra-bayar (94%) dan sisanya 6% pasca-bayar.


            Salah Satu Simbol Atau Lambang Perusahaan Telekomunikasi

logo-telkom.jpg



            Perkembangan Perusahaan Telekomunikasi

Pesatnya perkembangan bisnis seluler ini menarik investor asing masuk ke Indonesia, beberapa operator dari kawasan Asia seperti Singapore Telecommunication Ltd (SingTel), Axiata Group Berhad (sebelumnya bernama Telekom Malaysia)  serta Maxis Communication Bhd dari Malaysia  telah menancapkan bisnisnya ke Indonesia membeli saham operator seluler di dalam negeri yaitu Telkomsel dan XL Axiata (sebelumnya Excelcomindo). Bahkan Indosat yang sebelumnya BUMN telekomunikasi sudah diprivatisasi, saat ini mayoritas sahamnya dikuasai asing yaitu Qatar Telecom Group sebesar 65% dengan membeli  41% milik STT (Singapore Telecommunication Tecnologies), sedangkan sisanya dari pasar melalui tender offer, sementara pemerintah Indonesia hanya memiliki 15%.

Pada awal 2011, pemerintah menyetujui penambahan tambahan alokasi frekuensi berbasis teknologi generasi ketiga (3G) sebesar 5 MHz bagi .2 operator yaitu PT. Axis Telekom Indonesia (sebleumnya PT. Natrindo Telepon Seluler) dan PT. Hutchison CP Telecommunication Indonesia. Sementara itu hampir semua pemasok teknologi telekomunikasi dunia telah berada di Indonesia untuk menikmati pasar yang besar ini. Industri seluler merupakan salah satu industri jasa yang paling dinamis dan melibatkan investasi sangat besar setiap tahunnya. Pada 2011 ini belanja perangkat jaringan telekomunikasi nasional diperkirakan mencapai US$ 4,7 miliar.

Dalam menghadapi persaingan yang ketat, operator melakukan merger seperti PT. Smart Telecom mengakuisisi PT. Mobile 8 dan namanya berubah menjadi PT. Smartfren Telecom pada awal 2011. Saat ini semua operator seluler mulai  meninggalkan strategi tarif murah, saat ini operator seluler lebih mengandalkan layanan data dan pelanggan sebagai sumber utama pemasukan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar